Ranting Pohon dan Arus Sungai

Pada dasarnya dimana kita sekarang adalah atas jalan yang mana yang kita pilih. Kenapa saya menyebutnya demikian? Karena memang benarlah istilah yang menyebutkan “ hidup itu adalah pilihan”, pilihan atas apa? Pilihan atas jalan hidup kita sendiri. Ya.. kita tengah berada pada sebuah jalan yang memiliki banyak persimpangan dalam setiap detik perjalanan hidup kita. Semuanya harus diputuskan setiap detiknya mau lewat jalan yag mana, kiri, atau kanan, lurus atau mundur bahkan hanya diam ditempat. tulisan inipun atas pilihan yang saya ambil. Tentu jika saya tidak memilih jalan untuk menulisnya, tulisan ini tidak mungkin ada. Dan mungkin sebagai gantinya tulisan yang membahas tentang hal lain, atau bahkan tidak ada tulisan sama sekali. Bahkan kalaupun saya memutuskan untuk menulis ini, pilihannya akan ada lagi. Apakah tulisan ini hanya akan berada pada folder laptop saya atau akan berada dihadapan anda saat ini. Itupun tergantung pada anda lagi apakah akan terus membacanya atau malah mengabaikannya. Setiap apa yang kita temui, apa yang kita kerjakan, apa yang kita hadapi, berada dalam sebuah pilihan, dalam hal apapun itu.

Saya membayangkan perjalanan dalam hidup kita ini seperti sebuah ranting pohon  yang hanyut dalam arus sungai. Ketika kita terlahir di dunia ketika itulah sebuah ranting mulai terjatuh ke arus sungai, mendapatkan jalannya… mengikuti arus dengan lancar dan mendapatkan banyak hambatan. Arus  sungai yang tak tentu membuat perjalanan sang ranting tidak lancar, sesekali terhantam bebatuan sungai, bergerak sangat cepat karena arus yang kuat, lambat karena arus yang tenang, bahkan tak bergerak sama sekali, karena ikut tergabung dalam kumpulan ranting yang sebelumnya telah terjebak dibebatuan. Kalaupun berhasil memisahkan diri jalannya hanya beberapa meter, lalu tergabung lagi dengan kumpulan ranting lainnya. Sebuah siklus yang tak henti-hentinya hingga sang ranting hancur karena lapuk termakan oleh zaman. Itulah salah satu kisah yang akan dihadapi oleh sang ranting sejak terjatuh kedalam arus sungai.

Kisah ranting yang kedua mungkin lebih baik dari kisah yang pertama, sejak terjatuh kedalam arus sungai, sang ranitng dapat melalui bagaimanapun kondisi arus yang ada, tidak terpengaruh oleh kumpulan ranting yang lain dan sebaginya, kalaupun ada rintangan, terhantam batu misalnya, justru dijadikannya pijakan untuk terhindar dari kumpulan ranting yang menghambat perjalanan. Kalaupun memang terpaksa tergabung dalam kumpulan ranting, itu hanya sementara tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melaju lagi mengikuti arus.


Lalu ranting yang manakah kita? 

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon